“Sudah sepuluh tahun kami menikah, namun sampai sekarang belum
pernah suami saya menyatakan rasa cinta kepada saya. Jadi saya tidak tahu,
apakah suami benar-benar mencintai
saya”, kata sebut saja si N mengeluhkan suaminya, sebut saja si B. Ketika hal
itu di konfirmasikan kepada si B, ternyata ada kondisi yang sangat berbeda.
“Bagaimana saya dikatakan tidak mencintai isteri dan keluarga? Saya bekerja
keras mencari nafkah, semua itu untuk membahagiakan isteri dan anak-anak. Semua
penghasilan saya, langsung saya berikan kepada isteri, bahkan sampai struk gaji
pun saya serahkan kepada isteri. Apa itu bukan bukti cinta kepada isteri dan
anak-anak saya? Ungkap si B.
Sungguh unik
suasana ketegangan di keluarga B dan N. menurut N, B tidak mencintainya karena
tidak pernah menyatakan dengan ungkapan. Sudah sepuluh tahun menikah tetapi si
B tidak pernah menyatakan perasaan cinta kepada si N, maka muncul keraguan
dalam diri N, benarkah si B mencintaiku? “Jangan-jangan selama ini dia hanya
berpura-pura mencintaiku…” Padahal ternyata kekhawatiran si N ini tidak
memiliki dasar. Si B sangat tulus mencintai si N, namun ia tidak dapat
mengekspresikan cintanya dengan kata-kata. Tetapi dengan kerja keras, mencari
nafkah, dan memberikan semua penghasilan kepada si N. “Saya tidak pernah
selingkuh, walaupun di kantor banyak sekali teman kerja perempuan. Apa masih
diragukan cinta saya kepada si N?” ungkap si B.
Perbedaan cara mengekspresikan cinta konon, laki-laki biasanya cenderung lebih santai dalam memahami bukti cinta, sedangkan perempuan cenderung lebih serius. Ssifat santai ini tak jarang membuat perempuan berfikir bahwa suaminya tidak menyukainya. Suami merasa sudah menyatakan cinta dengan caranya, sedangkan isteri tidak bisa menangkap maksud si suami, karena isteri memiliki standar tersendiri dalam ungkapan cinta. Kebanyakan isteri menghendaki ungkapan verbal, seperti kata-kata cinta, pujian, dan ungkapan romantic lain yang menunjukan kesungguhan cinta suami kepadanya. Secara umum perempuan memang cenderung lebih suka ungkapan verbal. Sehingga pernyataan dari mulut sang suami sangat penting baginya.
Ungkapan sayang, pernyataan terima kasih, maaf dan sebagainya, merupakan “hadiah” yang sangat menyenangkan hati sang isteri. Sementara rata-rata suami menganggap ungkapan seperti sebagai basa-basi yang tidak di perlukan oleh orang “DEWASA”. Kata-kata cinta itu di anggap hanya urusan anak-anak muda yang sedang jatuh cinta dan di gunakan untuk merayu. “Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan, mulai dari tubuh, otak, sampai hormontertosteron dan estrogen. Hal ini membuat adanya perbedaan sikap dan perilaku antara laki-laki dan perempuan”. Ungkap Dr. Ruben Gur, dari University of Pennsylvania. Selain dalam hubungan dengan isteri, perbedaan sifat dan emosional antara laki-laki dan perempuan juga terjadi dalam hubungan ayah dan anak perempuannya. Banyak anak perempuan mengaku harus bekerja keras untuk bisa menciptakan interaksi emosional dengan ayah mereka. Sayang? Tak semuanya berhasil dalam membangun interaksi tersebut. Namun, ketika hubungan ayah dan anak perempuan dengan bermacam-macam interaksinya di uraikan, jelas terlihat bahwa sang ayah sangat peduli kepada putrinya. Hanya saja, hal itu tidak di tampakkan langsung dalam ungkapan cinta secara verbal.
Bukannya tidak
mungkin laki-laki mengekspresikan perasaan cinta terhadap pasangannya,namun
memerlukan pembiasaan untuk mewujudkannya. Jika membiasakancdiri untuk
menyatakan cinta dengan ungkapan verbal, suamipun akan terbiasa dengan
kata-kata cinta. Hal itu akan lebih sesuai dengan harapan isteri dan akan
mententramkan hatinya. Isteri akan lebih yakin dan mantap bahwa dirinya
dicintai oleh sang suami. Cahyadi Takariawan (Konsultan dan Trainer Jogja Family Center)
ConversionConversion EmoticonEmoticon